Senin, 12 Maret 2012

Matahari

Hendra Sakanurahman
Sore itu hujan deras mengguyur kampung Kusuma. Andi yang baru saja pulang mengaji cepat-cepat untuk mencari tempat berteduh. Akhirnya dia menemukan tempat berteduh di bawah atap kios buku yang sudah tutup. Dia menuntun sepedanya dan memarkirkannya di depan kios. Setengah jam berlalu namun tiba-tiba datang temannya yang juga ingin berteduh di sana. “ hujannya deras nih, kapan berhentinya ya Di ? ”, kata Fajar. “ Entahlah bisa-bisa keburu magrib duluan ya ! “. “ Oh iya kamu abis dari mana ? “ kata Andi. “ Ohh, saya abis beli cat air, nih lihat !. Oh iya kamu udah selesai melukisnya ? “ kata Fajar. “ Udah dong! “. “ Wah enak kamu mah dah selesai !“ kata Fajar . “ Ha ha makannya jangan menyia-nyiakan waktu “ . “ Kalau kamu dari mana ? “ kata Fajar. “ Abis ngaji di mushola Al Hikmah “. “ He he religius sekali kau “ puji Fajar. “ Ya kan sekalian mendekatkan diri pada Allah, supaya kita hidup mendapat ridhoNYa ! “ kata Andi. “ Ha ha pa ustad mah beda aja ngomongnya ! “ ledek Fajar.
Akhirnya hujan pun sudah mulai mereda. Merekapun bergegas untuk saling berpamitan dan langsung menuju rumah masing-masing. “ Assalamualaikum bu, aku pulang “ kata Andi. “ Walaikum salam, lama sekali nak !. “ Iya bu tadi hujan gede, jadi aku berteduh dulu “ kata Andi. Akhirnya waktupun berlalu dan waktu Isya pun tiba dengan di kumandangkan azan. Setelah selesai sholat Isha, Andi bergegas berkemas menyiapkan buku - buku pelajaran untuk esok harinya dan tak lupa dia pun belajar. Tak lama kemudian dia di suruh oleh ibunya untuk membeli nasi goreng, lalu Andipun bergegas mengeluarkan sepedanya menuju warung nasi goreng yang terletak 3 km dari rumahnya. Di tengah perjalan, dia melihat banyak anak seusianya yang sedang nongkrong – nongkrong sambil merokok. Andi pun menatap sinis mereka seraya dalam hatinya berkata “ apa kalian tidak tahu betapa berbahayanya perbuatan kalian itu ”. Lalu Andi pun berpaling dari mereka dan melanjutkan perjalannya.
Waktu demi waktu pun berganti, matahari pun terbit dengan sinarnya yang megah dan anggun. Andi pun bergegas menuju sekolahnya. Dia bersekolah di MA Al Ikhlas. Bel masuk pun berbunyi, murid murid MA berbondong – bondong masuk kelasnya masing – masing. Jam pelajaran pun di mulai. Akhirnya waktu pun menunjukkan bel pulang. “ Di nanti berangkat latihan dramanya bareng ya ! “ kata Anton teman sekelasnya. “ Oke, tapi nanti kamu yang nyamper ya ! ” pinta Andi. “ Oke siap ! “ kata Anton. Mereka pun sepakat untuk berangkat bersama.
“ Assalamualaikum, Andi nya ada pak ? “ kata Anton kepada bapaknya Andi. “ walaikum salam, ayo masuk dulu nanti bapak panggilkan Andinya ! “. “ Iya pak ! “. Rumah Andi sangat mewah sekali tapi dia orangnya sangat sederhana, kemana – mana selalu naik sepeda, selalu taat beribadah, dan berpakaian tidak seperti anak orang kaya, tidak seperti kebanyakan anak orang kaya lainnya yang selalu hidup glamor. “ Silahkan tehnya di minum dulu de ! “ tawar mba Riska, kakak Andi. Mba Riska pun menyodorkan teh kepada Anton. Mba Riska pun orangnya hampir sama seperti Andi, baik, sholeh, sederhana, dan tidak kelihatan dia itu seperti anak orang kaya.
“ Maaf menunggu ! “ kata Andi . “ Oh tidak apa – apa ! “ kata Anton. “ Ayo silahkan tehnya di minum dulu “ pinta Andi. “ Oh iya iya “. “ Tehnya enak sekali, kira – kira siapa yang buat ? “ kata Anton. “ Oh itu kakakku yang buat ,dia pintar dalam urusan dapur “. Akhirnya mereka pun bergegas menuju rumah Sinta. Karena tempat latihan dramanya ada di rumah Sinta. Dalam perjalanan tiba – tiba ban motor yang mereka naiki bocor. “ Wah bocor, gimana nih ? kata Anton dengan ekpresi paniknya. “ Tenang dulu tidak usah panik, lebih baik kita cari tukang tambal ban “
kata Andi. “ Wah benar juga ya, ngapain panik ya, ayo kau bantu aku dorong motor ini “ pinta Anton. “ Oke di dorong sama – sama kan lebih baik daripada sendirian “ . Mereka pun bekerja sama mendorong motor Anton yang bannya kempes. Akhirnya mereka menemukan tukang tambal ban di seberang jalan. “ Lihat Di, di seberang ada tukang tambal ban ! “ kata Anton. “ Wah benar juga, ayo kita ke sana ! “. Mereka pun akhirnya menyebrang. “ Wah de ini mah harus di tambal, lihat lubangnya besar sekali “ kata tukang tambal ban !. “ Wah iya tuh, tapi kalau di tambal akan memakan waktu satu jam, bisa – bisa latihan dramanya kelewat nih, bisa – bisa kita juga kena marah Sinta, kau kan tahu Sinta jika marah seperti apa ! “ kata Andi. “ Begini saja motorku ku tinggal di sini saja, ku juga tidak mau kena marah Sinta, kita naik becak saja yuk ! “ ajak Anton. Akhirnya mereka naik becak menuju rumahnya Sinta. Dan mereka pun sampai di rumah Sinta. Sinta sudah menunggu di depan rumahnya. “ Aduuh kalian lama amat sih, Dian,Fajar,Alif,Virnia, Aiko saja sudah pada datang, Aiko saja yang rumahnya jauh saja datang pertama ! “ kata Sinta. “ Anu Sinta tadi di tengah jalan motorku kemps,jadi kami sedikit terlambat he..he ! kata Anton. Sinta orangnya cantik tapi pemarah dan tegas. Jika sedikit saja membuatnya marah, bisa – bisa akan dapat hukuman darinya, “ Ya sudah sebagai gantinya setelah selesai latihan kalian bantu aku menyiram tanaman “ kata Sinta. “ Oke siap komandan ! “.
Kelompok drama Andi terdiri dari 8 orang yaitu Andi, Anton, Sinta, Dian, Fajar, Alif, Virnia dan Aiko. Karena di sekolahnya ada lomba drama, jadi mereka semua berlatih dengan sungguh – sungguh. Akhirnya latihan dramanya pun selesai. Sesuai janji, setelah selesai drama Andi dan Anton membantu Sinta untuk menyiram tanaman di rumahnya.
“ Akhirnya selesai juga nih “ kata Andi. “ Sinta kami pulang dulu ya ! “ kata Andi. “ Ya hati – hati di jalan ! “ kata Sinta sambil melambaikan tangan. “ Ayo kita ambil motormu ! “ kata Andi. “ Oke ! “. Akhirnya mereka pun pergi menuju tempat tukang tambal ban.
Ketika sedang mengambil motor, tiba – tiba terdengar suara pecahan kaca di toko sebelah kami. “ Pencuri!!! “ teriak sang pemilik toko. Sontak kami pun terkejut melihatnya, banyak orang berkerumunan di sekitar toko itu. Lalu mengajakku untuk mengejar pencuri itu. Di lihat dari penampilannya pencuri itu seperti seumuran kita. Lalu kami pun mengejarnya sampai tiba di sarang pencuri itu. Kami pun tiba di warung remang - remang tempat sarang pencuri itu. Ternyata pencuri itu pun memiliki kawan – kawan yang berjumblah sekitar 10 orang. Mereka pun mengelilingi kami seperti seakan ingin mengeroyok kami. Tapi biar pun jumblah mereka banyak bukan berarti mereka bisa menang dari kami. Kami berdua adalah pasangan silat terhebat di provinsi kami. Andi adalah juara pertama di tingkat provinsi dan Anto adalah juara tiga di tingkat provinsi. Mereka pun menerjang kami, lalu kami halau terjangan mereka. Dan kami pun berhasil membuat mereka tak berdaya. Setelah itu kami menelpon polisi. Dan segera polisi menggeret mereka ke penjara.
Akhirnya kami pun kembali ke rumah masing –masing. “ Benar – benar hari yang melelahkan , tak ku sangka ada kejadian seperti itu ! “ benak Andi. Akhirnya hari lomba Drama pun tiba. Dan tibalah giliran kelompok Andi . Drama kelompok Andi pun berjalan sangat sukses. Dan mereka pun kini tinggal menunggu pengumuman pemenangnya. Dan terpilihlah kelompok Andi yang menang. Piala Kemenangan berhasil di genggam Andi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar