Selasa, 13 Maret 2012

Sahabatku Sovia

Sheila Nesa A
Di pagi hari yang cerah, zeneta terlihat tergesah-gesah menyusuri jalan yang menurut ia asin guntuk dilewati. Ia takut dihari pertamanya masuk sekolah menjadi buruk. Zeneta adalah murid pindahan dari jakarta. Ayahnya ditugaskan bekerja di kota kembang bandung.
Tiba lah ia di SMA ANGKASA, sekolah barunya. Sesampainya disekolah ia sibuk mencari rusng kelasnya.lorong demi lorong ia lewati, dan akhirnya ia menemukan kelas X5 yang menjadi kelasnya. Sebelum memasuki kelas.
“Hai,“ seorang siswa sederhana yang lugu dan pendiam menyapanya.
“Hai juga,“ balas zeneta.
“Kamu murid baru ya?“ tanyanya
“Iya benar. Perkenalkan namaku zeneta,“ jawab zeneta polos.
“Aku sovia, salam kenal ya,” jawab sovia sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudia bel berbunyi.
“Ngomong-ngomong kamu kelas mana ya?” tanya sovia lagi.
“Aku kelas X5,” jawab zeneta ragu.
“Kebetulan aku juga X5, ayo kita masuk kelas,” ajak sovia.
Mereka pun masuk kelas bersama. Zeneta bingung harus duduk dimana. Sedangkan sovia sudah duduk dikursi paling depan.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa bu maria.
“Pagi bu,” jawab anak-anak.
Bu maria bingung melihat zeneta yang belum duduk dikursinya.
“Kamu murid baru itu ya?” tanya bu maria.
Bu maria adalah guru yang menurut anak-anak itu guru yang killer.
“Iya benar bu,” jawab zeneta.
“Kenapa kamu masih berdiri disitu? Cepat cari tempat duduk,”
“Saya bingung bu harus duduk dimana,” jawab zenata engan nada bercanda.
“Kamu lebih baik duduk didepan kelas saja,”
Seisi kelas pun tertawa mendengar ucapan bu maria. Wajah zeneta pun lantas berubah kemerahan.
“Zen duduk denganku saja,” ajak sovia.
Zeneta pun langsung duduk disebelah sovia. Baru saja ia duduk, tiba-tiba bu maria memanggilnya.
“Nak sebaiknya kamu memperkenalkan diri didepan kelas terlebih dahulu,”
Zeneta pun langsung memeprkenalkan dirinya didepan kelas.
Tak terasa jam istirahat telah tiba, semua anak berhamburan keluar kelas untuk menuju kekantin.
“Ayo kita kekantin,” ajak sovia.
“Ayo,” jawab zeneta.
Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi. Semua anak-anak pun berhamburan keluar kelas.
Sesampainya dirumah, zeneta langsung menuju dapur untuk mengambil air minum. Karena cuaca hari itu panas sekali. Lalu ia segera menuju kamarnya untuk beristirahat.
Malam pun tiba
“Kakak,” teriak mamah zeneta dari lantai satu rumahnya. Tetapi tidak ada jawaban dari zeneta.
“Ini anak kemana sih?”
Akhirnya mamah pun naik kelantai dua untuk melihat keadaan zeneta, lalu masuk ke dalam kamar zeneta.
“Ya ampun kakak, cepat bangun!”
Zeneta pun langsung terbangun mendengar suara mamah.
“Cepat mandi lalu makan malam ka,”
Zeneta pun langsung bergegas untuk mandi.
Diruang makan
“Gimana hari pertama sekolahmu ka?” tanya ayah
“Biasa aja pa.” jawab zeneta dengan raut wajah datar.
“Sudah punya teman baru disekolah ka?” tanya mamah.
“Sudah dong mah,” jawab zeneta.
“Teman kakak ada yang ganteng engga ka?” tanya arbia adik perempuan zeneta.
Mendengar pertanyaan arbia itu seisi ruang tersebut tertawa. Arbia adalah adik perempuan zeneta yang berumur 5 tahun. Sekarang ia duduk di TK. Arbia adalah sosok anak yang selalu ceria.
Keesokan harinya
“Selamat pagi sovia,” sapa zeneta.
“Pagi juga zen,” jawab sovia.
Bell pun berbunyi. Saatnya jam pelajaran dimulai.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa pak dudi dengan penuh semangat.
Zeneta pun terkejut mendengar suara pak dudi yang bergitu bersemangat.
“Mulai saat ini kamu harus terbiasa mendengar suara saya yang selalu bersemangat!”
Sebelum menjawabnya, pak dudi mengajukan pertanyaan lagi.
“Kamu murid baru itu ya? Siapa namamu nak?” tanya pak dudi.
“Nama saya zeneta pak,” jawabnya.
“Oke baiklah kita mulai belajar. Buka buku paket kalian hal 56 nak,”
“Baik pak,” jawab anak-anak serentak.
Tak terasa sudah saatnya oulang sekolah.
“Zen aku duluan ya,” kata sovia.
“Loh kenapa kita engga bareng aja?” tanya zeneta
Sebelum menjawab pertanyaan zeneta, sovia langsung pergi meninggalkan zeneta.
Sesampainya dirumah zeneta langsung disambut pleh arbia sambil memaerkan hasil karyanya.
“Kak lihat deh, ini gambar aku loh.” sambil menunjukan gambarnya uang iya pegang
“Wah adik kakak ini pintar ya.” puji zeneta
“Iya dong. Emang kakak?” ledek arbia
Lantas zeneta pun tertawa mendengar ledekan arbia, dan ia pun langsung menuju kamarnya dilantai dua.
Tak terasa mentari sudah bersinar dengan terangnya
“Pagi sovia.” sapa zeneta dengan ceria
“Pagi juga zen.” jawab sovia
“Kamu sakit ya sov? Mukamu pucat.” tanya zeneta
“Engga zen, mungkin aku hanya kelelahan saja.”
Karena hari ini kamis, maka jadwal kelas X5 berolahraga.
“Lebih baik kamu istirahat saja di uks vi.” saran zeneta
“Aku baik-baik aja ko zen.”
Tiba saatnya jam pulang sekolah
“Zen aku pulang duluan ya.”
“Loh kenapa kita engga bareng lagi pulangnya?” tanya zeneta. Seperti biasa sebelum mejawab pertanyaan zeneta sovia buru-buru untuk pulang. Beberapa hari ini sovia selalu seperti itu.
Sebelum pulang ke rumah, zeneta berencana untuk mampir ke toko yang ada di mall dekat sekolahnya.
Setelah ia mendapatkan buku yang ia cari, zeneta berencana untuk makan siang diarea fast food dimall itu. Ia memilih untuk makan di KFC. Sebelum memesan makanan, ia harus mengantri terlebih dahulu. Tibalah zneta didepan meja kasir dan ternyata yang ada dihadapan dia adalah sovia. Lalu zeneta pun terkejut melihat sovia.
“Silahkan ada yang bisa saya bantu?” tanya sovia.
“Sovia?” tanya zeneta. Tetapi sovia hanya membalasnya dengan senyuman saja.
“Saya pesan paket satu saja mba,”
“Ada yang bisa saya bantu lagi?” tanya sovia lagi.
“Engga mba,”
“Kalau begitu semuanya Rp.27.000,- mba,”
Setelah membayar, zeneta langsung membawa makanan yang dia pesan.
Zeneta masih bingung dengan kejadian kemarin dimall, ia berencana untuk menanyakannya pada sovia hari ini. Tapi ternyata sovia tidak masuk sekolah.
“Din sovia sakit?” tanya zeneta pada teman sekelasnya dinda
“Iya zen, itu ada surat ijin sakitnya dimeja guru,” jawab dinda.
Sudah beberapa hari ini sovia belum juga masuk sekolah. Saat istirahat tiba.
“Din pulang sekolah kita jenguk sovia yuk!” ajak zeneta.
“Boleh juga tuh, aku juga mau mengembalikan buku catatan sovia,” jawab dinda.
Saat pulang sekolah tiba, mereka bergegas untuk menuju rumah sovia. Tak beberapa lama kemudian sampailah mereka dirumah sovia. Zeneta terkejut melihat keadaan rumah sovia yang begitu sederhana. Seorang wanita paruh baya sedang duduk didepan rumah sederhana itu. Ternyata ia adalah ibu dari sovia.
“Asslamu’alaikum bu,”
“Wa’alaikumsallam nak. Kalian temannya sovia?” jawab ibu sovia.
“Iya benar bu. Kami temannya sovia. Kami ingin menjenguk sovia,” kata zeneta sambil menjelaskan maksud kedatangan mereka.
“Mari-mari masuk nak, sovia ada didalam kamarnya. Mari ibu antar,” ajak ibu sovia.
Kamar yang tidak terlalu besar, pengap dan hanya ada selembar kasur tipis sebagai alas tidur.
“Hai kalian,” sapa sovia
“Bagaimana keadaanmu via?” tanya dinda.
“Alhamdulillah membaik,” jawab sovia dengan lemas.
Mereka pun berbincang-bincang, hingga mereka tak sadar langit mulai gelap.
“Wah engga terasa ya, sudah magrib saja,” kata zeneta.
“Sebaiknya kita pulang dulu ya vi.” ajak dinda.
Tiba-tiba ibu sovia masuk
“Pamali magrib-magrib seperti ini pulang, apalagi kalian anak perempuan. Labih baik pulangnya sehabis magrib saja nak,” saran ibu sovia.
Sampai akhirnya mereka mengurungkan niat untuk segera pulang. Tiba-tiba ibu sovia memeluk zeneta dan menangis.
“Ibu kenapa?” tanya zeneta.
“Ibu sedih karena tidak bisa membawa sovia kerumah sakit nak,” jawab ibu sovia dengan berlinangan air mata.
“Kalau boleh tahu sovia sakit apa ya bu?” tanya dinda.
“Sovia divonis dokter terkena usus buntu nak. Ibu bingung harus bagaimana. Ibu sudah tidak ada biaya untuk berobat. Untuk makam sehari-hari saja kami hanya mengandalkan sovia yang kerja part time nak,”
Zeneta dan dinda pun hanya terdiam.
“Insyaallah kami bisa bantu semampu kami bu,” jawab zeneta.
“Terima kasih banyak ya nak, kalian sangat peduli dengan sovia,”
“Sebaiknya kami pulang dulu ya bu,” pamit zeneta dan dinda.
Sebelum mereka pulang, mereka berpamitan dahulu dengan ibu sovia.
Saat perjalanan pulang.
“Din, bagaimana jika kita ikut membantu biaya pengobatan sovia?” usul zeneta.
“Ide bagus tuh, lebih baik kita besok diskusikan dengan teman-teman sekelas saja?”
“Baiklah din,” jawab zeneta.
Keesokan harinya mereka berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya dan sepakat untuk membantu sovia. Akhirnya mereka dapat mengumpulkan uang yang cukup banyak untuk membantu sovia. Dan pulang sekolahnya mereka berencana untuk menjenguk sovia kembali.
Sesampainya mereka dirumah sovia, mereka disambut oleh ibu sovia yang sedang menyapu halaman depan rumahnya.
“Mari masuk nak,” ajak ibu sovia.
Zeneta dan teman-temannya lantas masuk kerumah sovia.
“Bagaimana keadaan sovia bu?” tanya dinda.
“Alhamdulillah membaik nak,”
“Maksud kedatangan kami kesini adalah untuk menjenguk sovia dan ini ada sedikit sumbangan yang mungkin bisa membantu untuk biaya pengobatan sovia bu,” kata dinda sambil memberikan amplop ke ibu sovia.
“Terima kasih ya kalian sangat peduli dengan sovia,” ucapan ibu sovia sambil meneteskan air matanya.
Sovia adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ayahnya telah meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Adiknya sekarang duduk di bangku SMP. Sehingga sovia menjadi tulang punggung keluarga. Ia pun bekerja part time untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Beruntungnya sovia adalah anak yang pintar dan ia mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di SMA ANGKASA.
Beberapa hari kemudian, sovia masuk sekolah.
“Alhamdulillah akhirnya kamu masuk juga via. Aku kangen kamu via,” kata zeneta sambil memeluk sovia.
“Aku juga kangen kamu zen, terima kasih ya atas semua bantuan dan doainya,” tak terasa mereka meneteskan air mata.
Sahabat adalah harta yang berharga. Mencari sahabat lebih sulit dibanding mencari musuh. Sahabat juga selalu mendengarkan keluh kesah kita. Walaupun terkadang kita pernah menyakiti, mereka selalu memaafkan kesalahan kita. Disaat kita butuh mereka, mereka selalu ada untuk kita. Sahabat tidak memandang fisik ataupun harta yang kita miliki. Jika harta materi kita bisa mencari dan mengumpulkannya. Sedangkan teman atau sahabar itu susah dicari. Jadi jagalah sahabat kalian seperti kalian menjaga keluarga dan diri kalian sendiri.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar