Selasa, 13 Maret 2012

Dunia Musikku

Robby Nurul H

Hai, perkenalkan namaku Viola Cellaria, umurku saat ini 17 tahun. Aku terlahir dalam lingkungan keluarga yang jiwa seninya sangat kental. Saat ini aku bersekolah di Sekolah Menengah Musik di Jogjakarta, di sekolah ini aku banyak mempelajari banyak hal tentang musik, mulai dari sejarah musik sampai cara-cara bermusik yang benar aku dapatkan ilmu itu disini. Ayahku seorang musisi, beliau memimpin sebuah orkrestra ternama di Jogjakarta, Bundaku dulu adalah seorang penari tradisional yang sangat terkenal juga, sedangkan kakak ku yang bernama Marcello, dia seorang celloist yang sangat mahir sekali dalam bidangnya. Dan aku adalah seorang violinist yang bercita-cita ingin menjadi salah satu anggota orchestra musisi ternama di Indonesia.
Minggu pagi yang cerah, kakak ku Marcello membangunkanku yang sedang asik bermimpi bermaun musik di salah satu orchestra.
“Violaaaaaa!!! Ayo bangun!!” teriak kakakku
“hoaaaam.. apaan sih kak aku lagi enak tidur kok dibangunin lagi pula sekarang kan hari minggu”
“kamu lupa ya? Hari ini kan teman ayah dari Jerman akan dating ke rumah kita”
“ya ampun aku lupa! Oke deh aku mandi dulu kak, kakak keluar dulu sana!”
“mandi yang bersih ya hahahahaha” sahut kakak ku
Aku pun langsung bergegas ke kamar mandi dan mandi secepat mugkin karena kata ayah, teman ayah sudah dekat dan sebentar lagi akan sampai. Teman ayahku ini bernama Iskandar, beliau merupakan seoran pianist muda Indonesia yang tinggal di Jerman. Kualitas bermusiknya sudah tidak diragukan lagi.
Setelah selesai mandi dan berdandan, aku pun turun ke bawah untuk menemui ayah, bunda dan kakak ku, mereka sedang bercengkrama sambil menunggu kedatangan kak Iskandar. Tidak lama kemudian, suara mobil terdengar dan ternyata beliau sudah datang, kami pun menyambut dengan senang hati.
“good morning Mr. Iskandar” sapa ayahku
“selamat pagi, I’m an Indonesian so let’s speak in Bahasa” tutur kak Iskandar, yang berbicara secara bilingual
“wah baiklah, silahkan masuk”
“Iskandara, ini anak saya Marcello dan Viola, mereka adalah seorang celloist dan violinist” ayah memperkenalkan aku dan kek cello kepada temannya.
“hai viola, hai cello apa kabar? Wah kalian sudah besar ya sekarang, beberapa tahun lalu saya bertemu kalian tapi kalian belum sebesar ini” tutur Iskandar
“hai kak kabar kami baik-baik saja, sekarang aku duduk di kelas 3 SMA dan kak cello mahasiswa semester 3 di ISI Jogjakarta” sahutku
“wah nampaknya kalian sekolah dan belajar di bidang musik ya”
“tentu dong kak, kami sangat ingin sekali menjadi musisi ternama seperti ayah” kata kakakku
“bagus sekali, semoga kalian sukses dibidang musik yang kalian geluti saat ini”
“terimakasih kak” sahut aku dan kak Cello
Ayah dan kak Iskandara melanjutkan perbincangannya tentang konser megah yang akan mereka buat.
Setelah kami berbincang-bincang, aku dan kak Cello pun pamit untuk pergi ke tempat les musik, karena hari ini ada jadwal les untuk kami berdua. Kami diantar oleh bunda ke tempat les. Sesampainya di tempat les, aku pun berpisah dengan kak Cello karena ruangan kita berbeda. Satu jam berlau, akhirnya les pun selesai. Handphone ku berbunyi menandakan ada telfon masuk. Ternyata bunda yang menelefonku,
“Halo bunda”
“Halo nak, bunda sepertinya tidak bisa menjemput kalian di tempat les karena bunda dan ayah akan mengantar kak Iskandar mencari apartemen untuk tempat tinggal sementara di Jogja”
“oh begitu ya bun, yasudah biar aku dan kak Cello pulang naik taksi saja” sahutku
“oke nak, hati-hati ya salam untuk kak Cello”
“baik bunda”
Aku pun memberitahukannya kepada kak Cello, dan kami berdua memutuskan untuk pulang naik taksi, tapi di tengah perjalanan kak Cello mengajakku melihat pameran seni di kampusnya, dan aku pun lagsung mengiyakan ajakkan kakaku. Sesampainya di kampus kakakku, disana sudah ramai dengan para pengujung pameran. Hampir satu jam kita berada di pameran dan akhirnya kak Cello mengajakku pulang.
Sesampainya dirumah, rumah terlihat sepi, nampaknya ayah dan bunda belum juga dating. Aku pun naik ke ata dan masuk kamar, begitu juga dngan kak Cello dia masuk kekamarnya dan langsung mengelurakan alat music Cello dari tas besarnya, kak Cello pun mulai memainkan nada-nada indah dengan Cellonya. Nada indah itu terdengar sampai ke kamarku, rasanya aku pun ingin memainkan nada-nada indah dengan biolaku. Aku bergegas ke kamar kak Cello untuk mengajaknya bermain music bersama. Sambil membawa biola aku ketuk pintu kamar kakak.
“kak.. kak Cello”
“ya, ada apa?” kak Cello membuka pintu
“kita main musik bareng yuk kak, aku bosan di kamar”
“oh boleh, kita main musik di ruang keluarga saja ya, yang agak luas” tutur kakaku
Akhirnya kita memainkan sebuah lagu karya komponis tenama yang bernama Mozart, kami memainkan lagu Eine Kleine Natchmusic.
Suara mobil terdengar, ayah dan bunda sudah dating, aku pun bergegas membuka pintu, bunda membawa membawa makanan yang banyak sekali”
“wah bunda bawa apa? Banyak sekali” tanyaku
“ini bunda bawa makanan ringan untuk kalian” jawab bunda
“bunda tau aja nih kalau anak-anaknya lagi kelaparan” sahut kakaku
Kakakku langsung mengambil kantong plastik dari tangan bunda dan berusaha menyembunyikan makanannya dariku. Huh kak Cello memang kadang-kadang menyebalkan. Akupun duduk disamping ayahku yang terlihat kelelahan.
“ayah, kak Iskandar kenapa tidak menginap saja dirumah kita?” tanyaku
“beliau akan tinggal di jogja selama 3 bulan untuk mempersiapakan konser kami, beliau tidak ingin merepotkan keluarga kita sehingga beliau memutuskan untuk tinggal di apartemen, lokasinya tidak jauh dari rumah kita kok nak, kalu kamu ingin berkunjung ke apartmen kak iskandar nanti ayah akan suruh kakakmu mengantar, mungkin kalian berdua bisa sharing tentang music dengan kak Iskandar” tutur ayahku
“oh begitu ya yah, oke deh yah” sahutku
“lagi pula kamu kenapa sih nanyain kak Iskandar sampai serius begitu? Naksir yaaaa” kak Cello meledek
“ih apa sih kak, engga lah aku kan Cuma nanya saja sama ayah! Mana bagian makananku?!” aku merebutnya dari tangan kak Cello
“hey, sudah jangan rebutan. Cello lebih baik tidur karena besok kan kuliah pagi, viola juga sekolah pagi. Ayo cepat tidur” sahut bunda
“iya bun” sahut kami berdua
Kami berdua pun menaiki tangga dan masuk ke kamar masing-masing. Kak Cello masih saja meledekku. Huh!
Keesokan harinya, pukul 05.30 aku sudah rapi dengan seragamku, karena sekolah dan kampus kakakku agak jauh dari rumah kami pun harus berangakat pagi-pagi. Setelah selesai sarapan, kak Cello sudah menungguku di mobil, kali ini aku ke sekolah diantar oleh kakakku yang super menyebalkan ini karena ayah pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Bandung untuk urusan pekerjaannya.
Kak Cello berkali-kali mengklakson mobilnya, menyuruhku untuk cepat berangkat.
“bunda, aku berangkat dulu ya” pamit sambil mencium tangan bunda
“iya nak hati-hati ya, sampaikan ke kak Cello jangan menyetir mobil terlalu ngebut”
“oke bunda, Assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam” bunda menjawab dan tersenyum
Dalam perjalanan, kak Cello medengarkan lagu rock di dalam mobil, aku pun menegurnya karena aku tidak terlalu suka dengan musik aliran rock, aku lebih suka dengan aliran musi klasik karena lebih lembut dan lebih enak untuk di dengar. 30 menit perjalanan menuju sekolahku, akhirnya sampai juga.
“vi, nanti kamu pulang sendiri saja ya kakak tidak bisa jemput karena kakak kuliah sampai sore” tutur kakakku
“hmm kuliah atau mau jalan-jalan sama pacar? Yaudah deh nanti kau pulang minta antar temenku aja. Yasudah sana berangkat, hati-hati kak” sahut ku sambil bergegas turun dari mobil.
Aku pun berjalan menuju kelas, tentunya tidak lupa membawa biola kesayanganku ke sekolah. Sesampainya di kelas, aku melihat ternyata baru sedikit yang datang. Temanku Refa menndatangiku,
“vi, dengar-dengar hari ini ada tes musik mendadak loh” tuturnya
“memang iya? Wah bagiamana dong kita kan belum ada persiapan. Tesnya individu atau kelompok ya?” tanyaku
“katanya sih kelompok vi” jawab Refa
“wah syukur deh kalau begitu kita pakai kelompok lama kita saja ref, kita kan suka iseng-iseng latihan musik sendiri.
Aku pun dengan teman-teman yang lain berlatih memainkan sebuah lagu yang berjudul A Thousand Years. Tidak lama kemudian bel masuk pun berbunyi dan guru musik berjalan memasuki kelas.
“selamat pagi anak-anak, apakah kalian sudah siap dengan tes musik kali ini?” tanyanya
“sudah bu….” Serentak murid-murid menjawab
“baiklah kalau begitu kelompok Viola giliran pertama”
Aku dan teman-teman pun maju ke depan kelas. Walaupun aku sering tampil memainkan alat music di depan orang banyak, rasa gugup pun masih ada dalam diriku. Akhirnya kami memulai aksi kami memainkan alat musik, aku pada biola, Refa pada gitar dan Riri pada flute. Setelah hampir 5 menit kami memainkan music, akhirnya selesai juga dan sekarang giliran kelompok 2 yang maju untuk menampilkan kemahirannya dalam bermusik. Selanjutnya kelompok 3, 4 dan 5.
“kriiiiiinnggg!!” bel istirahat pun berbunyi, aku dan teman-teman segera menuju kantin
“hay vi, katanya ayahmu bulan Juni akan membuat acara konser musik klasik yang megah ya?” Tanya Riri
“rencananya sih begitu, ayahku membuat konser itu bekerjasama dengan pianist muda dari Jerman” jawabku sambil memakan makanan yang kami pesan
“wah hebat sekali ya ayahmu, boleh dong nanti kita dating ke acara itu?”
“boleh Ri, atau nanti kita tampil saja, nanti aku bilang sama ayah deh”
“that’s good idea” tutur Riri yang blasteran Indonesia-belanda
Bel masuk pun berbunyi, kami bergegas masuk ke dalam kelas, kali ini Pak Hengki akan mengadakan ulangan sejarah music klasik.
Kriiiiing!!! Waktu menunjukan pukul 13.00 itu tandanya pelajaran hari ini sudah selesai dan saatnya pulang. Mengingat hari ini kak Cello tidak bisa menjemputku disekolah, aku pun berjalan kaki untuk mencari taksi, akhirnya aku pulang naik taksi. Sesampainya dirumah aku lihat di depan rumah terlihat ada beberapa mobil dan motor, aku bertanya-tanya dalam hati ada apakah gerangan dirumahku? Setelah aku turun dari taksi, akupun segera masuk ke dalam rumah, dan ternyata huh teman-teman kak Cello sedang berkumpul dirumahku.
“kak Cello, sini sini” panggilku
“eh adik kakak yang cantik sudah pulang, ada apa vi?” Tanya kak Cello
“tidak usah ngegombal seperti itu deh, pasti ada maunya! Kak, ada apa sih kok banyak sekali teman kakak disini?”
“iya soalnya kakak dan teman-teman kakak sedang membicarakan dan akan berlatih musik untuk tampil di acarara ayah nanti” jawab kak Cello
“memang kakak sudah bilang sama ayah?”
“sudah kok vi, dan ayah mengizinkan. Kamu juga kalau ingin mengajak teman-temanmu tmpil juga boleh kok”
“beneran kak?”
“iya” jawabnya tersenyum
“asiiiiiiiiiiik!!! Yasudah deh lanjutkan saja kak aku mau ke kamar dulu, Pak Deni member tugas buaaanyaaak sekali”
Aku bergegas naik keatas dan masuk ke kamar. Sambil megerjakan tugas, aku berkhayal bagaimana acara megah itu, rasanya tidak sabar menunggu bulan Juni.
Malam harinya ketika ayahku pulang, aku bertanya-tanya tentang acara konser itu, aku ingin sekali mengajak teman-temanku untuk turut serta di acara tersebut.
“yah, aku ingin mengajak teman-temanku untuk bermain musik di konser ayah, boleh ya?”
“boleh sekali nak, ajak saja teman-temanmu yang banyak agar acara konser ayah nanti semakin meriah dengan karya-karya musik anak muda”
“asiiiik. Makasih ya yah”
• Dua bulan kemudian
Ah tidak terasa ya sudah semakin dekat dengan acara konser ayah, ayah dan kak Iskandar pun sudah mulai sibuk dengan rencana-rencana yang mereka buat, mereka sibuk melatih orkestranya agar dapat tampil dengan maksimal ketika acara nanti. Aku, kak Cello juga mulai sibuk berlatih musik dengan teman-temanku. Rencananya aku dan kak Cello akan memberikan kejutan untuk ayah di acara nanti. Kami berdua akan membawakan sebuah lagu klasik kesukaan ayah.
“kak, pasti ayah senang ya ketika kita mempersembahkan sebuah lagu untuk beliau” tuturku
“iya ya vi, betapa bangganya ayah mempunyai anak-anak seperti kita ini hehehe”
“huuu dasar” sahutku
“vi, ayo kita latihan” ajak kak Cello
“oke kak, yuk!”
Akhirnya kami pun berlatih selama 1 jam, semoga ayah akan senang dengan penampilan kita nanti.
Keesokan harinya aku sudah membuat janji dengan teman-temanku untuk berlatih di rumah Refa, aku pergi diantar oleh kak Cello karna dia pun akan pergi kerumah temannya untuk berlatih. Ketika dalam perjalanan handphoneku bordering, bunda menelefonku.
“halo nak”
“iya, ada apa bunda?”
“sepulang kalian berlatih, kalian bunda tunggu di studio ayah ya, karena kak Iskandar ingin bertemu kalian” tutur bunda
“oh begitu, baik bunda”
Sesampainya dirumah Refa, kak Cello pun berpamitan. Kami berlatih selama 3 jam agar kami bisa menampilkan yang terbaik. Setelah 3 jam berlatih, latihan pun selesai, aku menunggu kak Cello menjemput. Sambil menunggu kakak datang, aku berbincang-bincang dengan teman-temanku megenai kostum yang akan kita pakai nanti di acara konser ayah.
“vi, kira-kira nanti kita pakai gaun atau bagaimana vi?” Tanya temanku lala
“hm, yang penting formal saja dan warnanya pun diusahakan berwana hitam atau putih” jawabku
“oh begitu, oke deh”
“nanti kita bertemu di sana saja ya kerena aku tidak mungkin untuk berkumpul dulu dengan kalian” sahutku
“oke vi”
Tak lama kemudian kakakku datang.
“teman-teman kau pamit dulu ya, kak Cello sudah menjemputku”
“iya vi hati-hati ya, salam untuk kakakmu yang ganteng itu ya hahaha”
“huh dasar genit ya kalian.. aku pamit ya.. daaah”
Aku dan kak Cello pun menuju studio ayah untuk bertemu dengan kak Iskandar. Sesampainya disana, ayah, bunda dan kak Iskandar menyambut kami berdua.
“hay kak Iskandar” sapaku
“hay Viola, hay Cello” jawabnya
“kata bunda tadi kakak ingin bertemu dengan kami berdua, ada apa ya kak?” Tanya kakaku
“oh ya, begini, kakak akan mengajak kalian untuk trio membawakan lagu dari Bethoven yang berjudul Fur Elise” tuturnya
“wah ide bagus tuh kak, aku mau deh” sahutku
“bagaimana dengan kamu Cello?” Tanya kak Iskandar kepada kakakku
“boleh kak, aku sih setuju-setuju saja”
“baiklah kalo begitu ayo kita latihan sekarang” sahut kak iskandar
Akhirnya kami pun mengeluarkan alat-alat music kami dan memulai latihan. Setelah 2 jam berlatih, kami pun mengakhiri latihan hari ini. Huh, hari ini penuh dengan latihan. Sepulang latihan ayah mengajak kami untuk pergi makan malam, akhirnya kami pun memutuskan untuk makan di restoran seafood. Sambil menunggu makanan matang, kami pun berbicnag-bincang. Akhirnya makanan sudah matang dan kami pun melahapnya habis. Setelah selesai, kami pun bergegas pulang karena hari sudah larut malam, kami pun harus cukup istirahat karena konser akan diadakan 2 hari lagi. Sesampainya dirumah aku pun langsung ke kamar untuk beristirahat. Sungguh hari yang sangat melelahkan.
Keesokan harinya, ayah ternyata sudah tidak ada dirumah, bunda meninggalkan secarik kertas yang beliau simpan diatas meja makan. Bunda bilang kalau mereka sedang mengurus gedung untuk acara esok hari dan menyuruh kami untuk datang ke acara gladiresik. Aku dan kak Cello pun segera , menghubungi teman-teman agar bisa datang ke acara gladiresik. Pukul 13.00 kami berdua pun segera berangakat ke lokasi. Karena gladiresik akan dimulai pukul 14.00. akhirnya kami pun sampai ditempat gedung pertunjukan dan sudah banyak teman-teman orchestra bimbingan ayah, namapaknya mereka yang akan tampil besok sudah siap menampilkan yang terbaik, aku pun semakin tidak sabar menanti hari esok. Kak Cello pun senada denganku, dia tidak sabar untuk menampilkan music yang akan dia bawakan bersama teman-temannya. Sekarang giliran aku dan teman-temanku yang melakukan gladiresik. Setelah semua selesai, aku pun pulang bersama kak Cello. Besok acara akan dimulai pukul 19.00, aku pun menuju kamar ku untuk istirahat. Nampaknya ayah dan bunda belum juga datang, mereka masih sibuk mempersiapkan acara besok malam. Waktu menujukan pukul 00.00 suara bel pun terdengar, ayah dan bunda datang, aku pun membukakan pintu karena kakaku tidk mau membukakan pintu.
“viola kok belum tidur?” Tanya bunda
“tadi aku sudah tidur kok bunda, tapi aku disuruh membukakan pintu sama kakak, mengagganggu orang tidur saja. Huh!” jawabku kesal
“hm nanti biar kakakmu bunda marahin, yasudah kamu tidur lagi saja” tutur bunda
“iya bun”
Aku pun kembali ke kamar.
Keesokan harinya, aku pun terbangun dengan semangat.
“tumben bangun tidur kok sudah semangat begitu, biasanya kan kamu susah kalau kakak bangunin” celetuk kakaku yang sudah bangun lebih dulu
“ih memangnya kenapa, sirik aja deh kakak!” sahutku
“hey sudah-sudah, masih pagi kok sudah bertengkar” tutur bunda
“abisnya kak Cello dari kemarin membuat aku kesal terus bunda” jawabku
Sambil menunggu acara nanti malam aku dan kak Cello berlatih agar lebih bagus penampilan nanti malam. Tidak terasa waktu menunjukan pukul 16.00 aku pun langsung mandi dan bersiap-siapa karena pukul 17.15 kami sekeluarga harus sudah berangkat agar tidak terjebak macet. Setelah kami siap, kami pun berangkat menuju lokasi dimana konser akan berlangsung. Pukul 18.30 kami sudah sampai di lokasi, ternyata kak Iskanda sudah menunggu kedatangan kami.
Waktu menunjukan pukul 19.00 acara pun akan segera dimula. Sambutan demi sambutan kemudian penampilan perdana yaitu kak Cello dan teman-temannya, berlangsung selam 7 menit, sekarang giliran aku dan teman-temanku yang menunjukan kemahiran kami dalam memainkan alat musik. Acara demi acara, tibalah di penghujung acara, aku, kakakku dan kak Iskandar akan menunjukan kebolehan kami membawakan lagu Fur Elise, seagai penutup, aku dak kak Cello memberikan kejutan untuk ayah, dan ayah tersenyum senang sekaligus haru menyaksikan penampialn kedua anakmya membawakan sebuah lagu kesukaannya dengan nada-nada yang sangat indah. Acara pun selesai, kami semua berkumpul di belakang panggung untuk melakukan evaluasi tenetang konser yang baru saja berlangsung dengan sangat megah ini.
“terimakasih kepada kalian yang telah membantu mensukseskan acara konser ini” tutur ayahku kepada anggota orkestranya
Setelah melakukan evaluasi, kami pun berjalan keluar ruangan. Ketika kami akan berjalan menuju tempat parkir mobil, terdengar suara kak Iskandar memanggil ayahku.
“Pak Candra, terimakasih atas kerjasamanya selama ini” tutur kak Iskandar
“sama-sama, semoga kita masih bisa melanjutkan kerjasama kita untuk membuat konser yang lebih spektakuler” jawab ayahku
“ngomong-ngomong, kapan anda akan kembali ke Jerman?” Tanya bundaku
“rencananya lusa, dan saya ingin mengajak Viola dan Cello untuk bersekolah musik di Jerman, saya terkesima dengan penampilan mereka tadi. Apakah bapak dan ibu mengizinkan?”
“kami berdua tergantung mereka saja, jika mereka mau, kenapa tidak?” tutur ayah
“bagaimana nak, apakah kalian mau bersekolah musik di Jerman?” Tanya bunda
“mau sekali bun!!!!” kami serentak menjawab
Akhirnya kami memutuskan untuk bersekolah music di Jerman semester depan, semoga cita-cita ku sebagai anggota orkestra music ternama dapat tercapai, begitu pula dengan cita-cita kak Cello yang ingin seperti ayah memimpin sebuah orkestra ternama. Setelah perbincangan kami selesai, kami pun pamit pulang karena hari sudah larut malam.
• 6 bulan kemudian
Hari ini aku dan kak Cello akan berangkat ke Jerman untuk melanjutkan sekolah musik disana, kami pun berpamitan dengan ayah dan bunda, mereka memeluk kami dengan sangat erat, mereka bangga kepada kami berdua karena bisa melanjutkan sekolah di Jerman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar